REPORTASE OUTING CLASS MAN 21 JAKARTA DI DIENG JOGJA DAN SOLO PART 2
REPORTASE OUTING CLASS MAN 21 JAKARTA DI DIENG JOGJA DAN SOLO PART 2
Oleh: Arif Budiman[1]
Kamis. 9 Mei 2018. Kami telah sampai di lokasi kunjungan Outing Class MAN 21. Wonosobo tepatnya Dataran Tinggi Dieng. Jika tahun lalu sempat ke tempat ini, maka kunjungan kedua tentu ingin lebih banyak lagi melihat dan menyaksikan keindahan alam Dataran Tinggi Dieng. Maka laporan ini berusaha konsisten menyorot fakta spiritualitas masyarakat atau peninggalan bersejarah di Dataran tinggi Dieng terkait dengan sistem kepercayaan yang berkembang di tempat ini.
Rombongan sempat berputar-putar di Kota Wonosobo mencari Hotel Sindoro Sumbing. Dan akhirnya kita sampai di Wonosobo pukul 10.30. Waktu yang sebenarnya tidak sesuai dengan jadwal sebab Kunjungan Dieng semestinya dilakukan waktu pagi. Bahkan idealnya saat mentari belum menunjukkan dirinya. Tentu akan lebih Indah. Namun apa yang harus dilakukan, tak lain mensikapi waktu yang ada ini untuk dapat semaksimal mungkin memburu objek-objek wisata yang sekiranya mungkin dan dapat dikunjungi.
Dan akhrinya Panitia memutuskan untuk membuat jalur kunjungan di Dieng ini dengan pola sebaliknya dari tahun lalu. Jika tahun lalu kita memulai kunjungan dari Candi Arjuna, Kunjungan kali ini sebaiknya Kunjungan dimuali dari Danau Telaga Warna, Teater Dieng, Kawah DIeng baru Kompleks Candi Arjuna.
Kami berangkat dari Hotel Sindoro Sumbing Ba’da Shalat Dhuhur, tentu saja setelah melaksanakan Makan Siang dan tanpa sempat beristrahat. Padahal Badan ini terasa bergoyang karena pengaruh kendaraan dalam perjalanan berangkat dengan kemacetan yang sangat luar biasa di Tol Cikampek. Tentu ini sangat mengganggu Konsentrasi dalam kunjunagn ke Datran Tinggi Dieng sebab energi belum pulih, Kamera juga belum belum terisi sehingga menguranggi beberapa Spot yang semestinya dapat terjepret semua terpaksa dibatasi.
Cukup lama juga dalam perjalanan menggunakan Bis 3/4 ini. Waktu tempuh menuju lokasi kurang lebih 1 Jam 1/2. Sehingga diprediksi akan sampai atas pada pukul 14.30 di Danau Telaga Warna. Dan panitia juga mendorong peserta agar dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Agar dapat terkejar target kunjungan semua lokasi di Dieng ini. Dan begitu sampai di danau Telaga Warna, peserta langsung diarahkan ke Lokasi. Karena bermain dengan durasi waktu, maka kunjungan di danau ini cukup singkat, dan rombongan langsung menuju ke Teater Dieng,
Seperti destinasi atau teater yang lain daya tampung yang terbatas menyebabkan peserta Nonton harsu dibagi dalam dua Kelompok. Lagi-lagi ini juga akan mengurangi jadwal waktu yang disediakan. sehingga sebagian peserta memanfaatkan waktu menunggu itu dengan selfie atau mencoba Flying fox dan juga bersepeda di atas tali.
Ketika agenda nonton Film di teater selesai, Bus 3/4 langsung diberangkatkan menuju kawah Sikidang. Dengan menyusur jalan berliku Dataran Dieng, rombongan terlihat masih bersemangat. Di tempat ini akan terlihat kawah-kawah yang menyemburkan asap dengan bau yang sangat menyengat. Lewat penjelasan Pak Luqman, Aku baru tahu bahwa nama Sikidang yang dimaksud dalam penamaan Kawah ini maksudnya adalah sempburan kawah yang berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya. sebagaimana nama hewan Kidang yang suka lompat-lompat atau berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.
Aku jujur tak sempat sama seklai membuka catatanku terkait penelitian “Spiritualitas Masyarakat Jawa” terutama di Dieng ini. Kondisi lelah membuatku lebih memilih Warung Kopi jadi objek favorit. Dan Panitia pun tak berhasil mengejar waktu untuk kunjungan ke Candi Arjuna karena suasana yang makin gelap. Waktu itu jam menunjukkan pukul 17.30, dataran tinggi Dieng mulai dibalut gelap. Situasi ini mengharuskan rombongan turun ke Wonosobo untuk melanjutkan perjalanan ke Yogjakarta….
Candi di Kompleks Percandian Arjuna, Dieng dan beberapa candi lain seperti Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. INsya Allah di waktu yang lain kita bisa berjumpa…
[1] Arif Budiman, Guru Sejarah MAN 21 Jakarta
Post Comment