×

ARTIFICIAL INTELLEJENT DAN PENDIDIKAN

ARTIFICIAL INTELLEJENT DAN PENDIDIKAN
Oleh: Arif Budiman

Tujuan Pendidikan Untuk memanusiakan manusia. Tujuan AI adalah membantu manusia, memudahkan manusia. Harus disadari bahwa manusia butuh informasi, AI mampu sediakan itu. Banyak kebutuhan manusia dapat dipenuhi dengan cepat yang itu tidak bisa dilakukan manusia. sekali lagi AI mampu menyelesaikan banyak maslah yang dialami manusia. Tapi tidak semua maslah dapat dipecahkan nya. Catat ini baik baik

Lalu, masih relevankah pendidikan? Turunan pertanyaannya dapat kita breakdown menjadi. 1. Masih perlukah kita cuap cuap menjeuali anak anak dengan swgudang materi?. 2. Masih perlukah jam yang banyak dalam kelas yang menyebabkan anak lelah luar biasa. 3. Masih perlukah buku buku teks itu atau LKS? 4. Masih perlukah meminta anak untuk menghafal tanpa memahami? Sebab seluruh perangkat AI sudah sangat lengkap dan memenuhi untuk menjawab pertanyaan diatas.

Masalah yang terlupa adalah realitas pendidikan tidak berhenti di tanah koqnitif, mari kita gunakan teori yang biasa di pendidikan. Apa yang ditanyakan diatas adalah level terendah dalam pendidikan. Anak bisa sangat cepat tahu sesuatu bahkan ia bisa lebih cerdas karena hal ini. Benar bahwa pendidikan harus sudah beranjak ke level berikutnya, afektif dan psiko motor. Atau jika masih di level kognitif, maka kognitif nya harus meningkat di level analisis dan sintesis.

Sang anak bisa merakit komputer bagus, meski kita belum beranjak lebih baik tempatnya dari negara lain soal ini. Akan dan semestinya lebih baik adalah merakit komputer itu untuk menyelesaikan suatu masalah. Di negara lain perkembangan ini sudah sangat luar biasa mulai dari robot einstein hingga ribut yang bisa berkeringat. Faktanya mereka telah jauh melesat ke sana. .
Sampai dsini juga jangan terperangah terjebak dan tersesat, lalu mewujudkan robotik dan menghapuskan pelajaran lain. Justru sebaliknya, secanggih canggihnya teknologi itu, spt Chat GBT dan lainnya semestinya tak menimbulkan persoalan jika timbul persoalan ada yang salah dalam sistem belajar kita. Ketika chat GBT ampu menjawab kebutuhan kita membuat artikel semestinya kemampuan itu meningkatkan kesejahteraan manusia. Bukan sebaliknya, sejauh ini belum ditemukan efek negatif itu kecuali tergantikan nya pekerjaan manusia. Para penerjemah kehilangan jobnya. Para penerbit tak lagi menerbitkan buku kertas

Suatu hari tak ada lagi tukang sopir manusia sebab mobil ini akan digerakan oleh aplikasi yang dapat anatar jemput penumpang secara presisi. Lalu untuk apa keberadaan manusia? Mungkin manusia akan mengurangi aktifitas geraknya. Ia akan sepenuhnya beraktifitas di dalam rumah sebagaimana wdh yang terjadi dalam masa oandemi.

Sekolah juga sangat mungkin bertransformaai dengan sistem PJJ dibandingkan tatap muka yang menyebabkan kemacetan dan sangat melwlahkan. Lalu ruang ruang gedung sekolah tak berguna atau tak banyak digunakan sebagaimana nasib mall mall di Jakarta yang ditinggal pembelinya dan beralih ke belanja online. Sekali lagi apa yang kan terjadi dengan manusia. Ia tentu sedang asyik menikmati dunia nya masing masing dengan game game atau dunia maya nya sendiri.
Lalu What Next?

Kehebatan teknologi tidak bisa mengabaikan manusia itu sendiri. Setinggi tingginya ia melampau ai kemampuan manusia ia tak bisa sepenuhnya melakukan itu, sebagaimana sehwbat hebatnya manusia tidak akan lebih hebat dari yang mencipta nya. Ada kemampuan merasakan
Ada kemampuan metenungkan, mwngimahinaaikan yang tidak dimiliki teknologi kita. Ada pengalaman relijius yang tak bisa dibaca robot kita, ada ketakutan mistik yang tak bisa dialami robit kita. Ada hubungan personal antara Tuhan dan manusia yang tak bisa mengandalkan kecerdasan robot kita. Sebab robot adalah dimwnai dunia yang tak bisa dan tak mengenal dunia ruhani ynag direct. Tak bisa jawaban ketuhana hanya mengandalkan jawban chat GBT. Bahwa ia tahu Tuhan benar. Tapi ia tak pernah benar benar bertemu dengan Tuhan.

Bagaimana nasib pendidikan. Jika anak dinilai nakal, hanya karena bosan jangan disalahkan sebab apa yg guru jelaskan berulangkali dan di medsos mudah dia temukan. Tugas yang berubah hanya akan membuatnya lelah. Waktu yg lama akan sangat membosankan. Maka guru harus meninggalkan cara cara mengejar tradisional. Biarkan quiziz memotivasi semangatnya untuk menambah pengetahuan tanpa kita suruh. Biarkan kshoot memicu adrenalinnya untuk disebut sebagai paling pintar dalam materi tertentu. Apakah guru telah pensiun karena hal ini. Tidak! Sekali kali tidak.

Ketahuilah, sehebat hebatnya Chat GBT dan semua perangkat AI lainnya tak akan mampu memahami apalagi mengajarkan sesuatu yang esensi dar kelas belajar kita yaitu Makna sebab makna hanya ada pada manusia, bukan teknologi itu. Jadi tetaplah ada untuk anak anak kita di kelas yang mungkin akan sangat berbeda dari pada zaman kita. Berinovasilah, sebab mereka butuh suasana baru di dunia yang sangat riuh dengan beragam aplikasi. Selamat menempuh Tahun Ajaran Baru…

Post Comment