×

MENDIKBUD: PENDIDIKAN KARAKTER MENJADI PONDASI DAN RUH PENDIDIKAN NASIONAL

Jakarta (Humas MAN 21). “Selamat kembali kepangkuan ibu pertiwi (madrasah, red) saya ucapkan kepada para peserta Outing Class dan para panitia yang telah mengawal dan mengarahkan sehingga kegiatan tersebut dapat terlaksana dangan baik,” kata kepala MAN 21 Jakarta, Samsurial sebelum membacakan pidato Mendikbud dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).

Upacara yang diselenggarakan di halaman madrasah pukul 06.30 WIB itu diikuti oleh seluruh warga madrasah, termasuk para peserta dan panitia Outing Class yang baru tiba di madrasah pukul 01.00 WIB dini hari (2/5). Meski perjalanan jauh yang telah mereka tempuh (selama 4 hari 4 malam), tidak menyurutkan mereka untuk tetap khidmat dalam memperingati Hardiknas pagi itu.

“Tanpa bermaksud mengecilkan peran para tokoh pendidikan yang lain, peran Ki Hadjar Dewantara pada awal perintisan pendidikan nasional memang sangat besar,”  kata kamad menyampaikan pesan pidato Mendikmud (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan), Muhadjir Effendi.

Menurutnya bahwa gagasan dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara ini dianggap tetap relevan dan menjadi acuan pendidikan nasional. Dalam menyikapi kondisi dunia pendidikan yang akhir-akhir ini tengah mengalami krisis keteladanan dan prektek pendidikan yang tidak lagi menginspirasi, Muhajir mengajak agar para pendidik atau para pemimpin bangsa mengkaji kembali gagasan dan pemikiran bapak pendidikan nasional itu.

Pertama, Pancha Darma, bahwa pendidikan itu perlu beralaskan lima dasar, yakni: kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan, kebangsaan dan kemanusiaan. Kedua, “Kon-3”, penyelenggara pendidikan harus berasaskan kontinuitas, konvergensi, dan konsentris. Proses pendidikan yang berkelanjutan dan terpadu serta berakar di bumi di mana proses pendidikan itu berlangsung. Ketiga, Tri Pusat Pendidikan. Maksudnya pendidikan agar senantiasa berlangsung di tiga lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Kemudian tiga peran konsep yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara, Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso, tutwuri handayani diharapkan agar dihayati kembali maknanya sekaligus mengaktualisasikannya dalam kehidupan nyata.

Konsep yang diistilahkan sebagai “laku telu” atau tiga perilaku itu dimaksudkan agar para pendidik senantiasa memberi teladan apabila ia berada di depan, memberi ilham/inspirasi apabila di tengah dan memberi dorongan apabila ia di belakang.

Gagasan pemikiran dan prinsip-prinsip pendidikan itulah yang dijadikan sebagai dasar acuan visi pemerintah saat ini. Menurut mendikmud bahwa masa depan Indonesia nanti sangat ditentukan oleh generasi peserta didik di masa kini.

Karakter atau budi pekerti yang kuat serta menguasai berbagai bidang keterampilan hidup, vokasi dan profesi diharapkan menjadi bekal bagi mereka dalam menghadapi abad ke-21. Sehingga diharapkan generasi masa kini bisa membawa bangsa Indonesia berdiri tegak di antara bangsa-bangsa maju lainnya di abad itu.

Oleh karenanya dalam tataran konseptual, pemerintah sedang terus mengupayakan agar karakter kembali menjadi pondasi dan ruh pendidikan nasional. Sementara itu dalam tataran aksinya, reformasi pendidikan yang dimaksud itu ditandai dengan adanya Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (GPPK) dan Gerakan Literasi Nasional (GLN). (lt)

Post Comment