SURVEY HUMAS DAN LITBANG MAN 21 JAKARTA: GURU.! KAU BERHARGA BAGI KAMI
Humas MAN 21 — (Minggu, 22 Maret 2020). Satu pekan setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menginformasi kebijakan terkait perkembangan Wabah Corona dengan instruksi meniadakan kegiatan belajar mengajar di sekolah/madrasah diganti dengan pembelajaran jarak jauh atau online, tentu banyak hal yang terjadi dan dirasakan baik oleh siswa, guru, dan orang tua siswa.
Tidak semua guru siap dengan keadaan seperti sekarang ini. terbiasa dengan pembelajaran klasikal di ruang kelas yang cenderung monoton dari tahun tahun tiba-tiba harus melakukan lompatan budaya yang sangat tinggi dengan mengganti pembelajaran konvensional dengan pembelajaran layaknya pembelajaran generasi milenial yang akrab dengan teknologi informasi. Guru dengan kecakapan teknologi informasi yang tak terbiasa dengan teknologi ini tentu merasa kelimpungan dengan pembelajaran jarak jauh, karena mereka harus menyesuaikan diri dengan model dan metode yang sungguh berbeda dari biasaannya. Guru harus mengadaptasi berbagai aplikasi pembelajaran daring dengan cepat untuk mencegah terjadinya kevakuman dalam pembelajaran. Dengan bekerja dari rumah (work from home) tentu akan semakin menyulitkan karena guru bekerja dengan sistem yang belum terencana di rumah. Belum lagi ditambah harus mendampingi anak-anak mereka yang juga belajar dari rumah.
Sementara itu orang tua siswa juga tidak semuanya siap dalam menggantikan peran sekolah/madrasah dalam mengatur anak-anak mereka agar dapat belajar mandiri tanpa tatap muka langsung dengan guru. Tentu akan jadi tambahan beban pekerjaan baru selain peran sebagai ibu rumah tangga. Sebagian orang tua gagal paham dalam mengartikan pembelajaran jarak jauh sebgai libur sekolah. Padahal sejatinya tidak! Akhirnya mereka membebani anak-anak dengan pekerjaan rumah sebagaimana yang biasa diberikan saat libur sekolah.
Lalu bagaimana dengan siswa sendiri? Pada Jum’at, 20 Maret 2020, Tim Humas mengadakan survey terhadap siswa MAN 21 Jakarta tentang pembelajaran jarak jauh yang telah mereka jalani selama sepekan. Survey online dengan aplikasi google form telah menjaring responden sebanyak 307 orang siswa atau 57,92% dari keseluruhan siswa. Siswa perempuan menjadi jumlah mayoritas yang merespon dengan 69,71% sedangkan selebihnya adalah siswa laki-laki. Kelas 10 terdata paling banyak dalam memberikan jawaban dengan 36,5% disusul kelas 11 sebesar 35,5% dan kelas 12 sebesar 28,00%. Survey menanyakan kepada siswa tentang cara belajar apa yang mereka sukai. Tatap muka langsung dengan guru, pembelajaran jarak jauh denga daring (online), atau tatap muka dengan guru dan online.
Hasil survey membuktikan bahwa 67,10% siswa menghendaki cara pembelajaran tatap muka langsung dengan guru di kelas. 20,52% yang lainnya menginginkan cara pembelajaran tatap muka langsung dan online. Sedangkan sisanya 12,38% maunya belajar via online saja. Beragam alasan dikemukakan siswa tentang pilihan jawaban mereka. Takut tertular virus corona menjadi salah satu alasan siswa suka dengan cara belajar jarak jauh namun secara umum siswa memilih belajar online karena lebih suka mengerjakan tugas. Ada juga yang berargumen dengan belajar online siswa bisa belajar sesuai dengan porsinya masing-masing dan senyaman nyamannya, lebih menjadi dirinya sendiri dengan cara belajarnya sendiri yg pasti berbeda setiap orang.
Bagian besar dari responden yang memilih pembelajaran tatap muka langsung dengan guru beralasan bahwa berinteraksi dengan guru adalah sesuatu yang sangat berharga. Interaksi yang terjadi sangat bernilai harganya. Terlebih, melalui interaksi itu pula, seorang guru bisa memberikan saran dan koreksi kepada siswanya. Koreksi ini merupakan sesuatu yang agaknya sulit didapatkan dengan metode pembelajaran online. Belajar tanpa guru memang bisa. Namun, belajar langsung dengan para guru hebat, tentu sangat berbeda hasilnya.
Dengan tatap muka siswa mudah memahami pelajaran dan bias langsung mendapat umpan balik dari guru, sedangkan dengan online siswa susah memahami materi pelajaran apalagi sebagian besar guru hanya memberikan tugas tanpa panduan atau tutorial. Tugas-tugas dari guru terlalu banyak, bertumpuk, dan sering melewati batas waktu yang akhirnya membuat stres. Selain itu ada pula yang khawatir terpapar radiasi ketika mata tanpa henti menatap layar laptop atau handphone bila pembelajaran dengan sistem online. Satu yang juga mereka inginkan kerinduan dan rasa kangen akan terlampiaskan jika mereka berjumpa dan bertatap muka dengan guru dan sesama teman.
Berinteraksi dan bertatap muka dengan guru dalam pembelajaran membuat siswa bisa lebih mengeksplorasi dirinya, proses kegiatan belajar mengajar siswa bisa bertanya dan berinteraksi dengan baik bersama guru dan teman-teman menjadi nilai tambah bagi siswa ketika belajar di kelas, dan siswa lebih memilih diberikan tugas online karena lebih mempermudah sekaligus mengasah perkembangan kemampuan pribadi mereka di bidang iptek. Karena Tatap muka dengan guru dan online mengerjakan tugas adalah hal yang sangat sinkron dan bagus,misalkan guru kita sedang ada acara kita bisa mengerjakan tugas lewat online. Jika pembelajaran hanya dengan tatap muka dengan guru siswa tak akan terbiasa dengan teknologi yang sudah dmiliki. Tujuan penciptaan teknologi adalah untuk mempermudah kegiatan manusia, sebaliknya jika pembelajaran kita hanya dengan online mengerjakan tugas kita tak akan mengenal guru dan teman kita
Demikian hasil survey edisi pertama ini semoga bisa menginspirasi kita untuk selalu melakukan perbaikan diri.
Ditulis Oleh Tim Humas Litbang MAN 21 Jakarta : Dasuki dan Sri Hutami
Editor: Arif Budiman
Post Comment