×

SUBUHAN DI SLAWI MENJADI HIKMAH TERSENDIRI

Tegal (4/6/2022). Kajen Babakan Lebaksiu Tegal, ya terpaksa rombongan keluarga besar MAN 21 Jakarta yang membawa para siswa kelas XII, para guru dan para pengurus komite madrasah harus berhenti di sana.

Bersebab roda ban armada bis pertama ‘mbledos’ alias meledak. Ban bagian belakang yang sebelah kanan.

Alhamdulillah kondisinya tidak parah, penumpang aman dan selamat. Hanya semua awak jadi terjaga dari lelap tidur mereka.

Di samping itu juga sempat muncul dugaan keanehan tentang penyebab kejadian. Maklum bisa jadi karena pengaruh dari bangun mendadak.

Tapi, syukurnya roda bannya double tidak hanya satu, jadi tidak oleng dan mengkawatirkan. Apalagi kru bus Asyrof yang ditumpangi segera tanggap menangani. Sehingga tidak terjadi kepanikan di sana sini.

Apapun spekulasi ini itu… bisa saja terjadi, namun saat ini (saat kejadian) nyatanya waktu telah menunjukkan pukul 04.50 pagi hari. Sudah waktunya Subuh.

Bak alarm atau bell berdenting pengingat waktu (jadi inget guru piket, hehee…), seolah para penumpang dari 4 bis dibangunkan serentak, mengingatkan bahwa subuh di tempat wisata pertama sesuai rencana, tidak mungkin. Karena waktu semakin siang. Sebentar lagi sang mentari datang menghampiri.

Pantas koordinator perjalanan, Miko Handoko via WA Grup Panpel dari guru meworo-woro memutuskan shubuhan di lokasi. Para PJ keempat bis kemudian segera mengarahkan para anggotanya.

Dari kejadian ini ada beberapa hal menarik, yang kiranya bisa kita ambil sebagai pelajaran.

Di antaranya pertama, seperti namanya mushalla Al-Hikmah di mana baru saja rombongan menunaikan subuh di sana, bahwa segala sesuatu itu pasti ada hikmahnya (likulli syaiin hikmatun). Maka yang kita alami atau yang terjadi menimpa agar disikapi dengan positif (husnuzhzhan), memilih antara bersyukur dan sabar.

Kedua, dimanapun termasuk diperjalanan ketika waktu shalat tiba berusahalah untuk menjaganya. Berbeda dari 4 waktu lainnya, shubuh tidak ada istilah qhasar dan jamak. Sehingga kalau tidak bisa turun untuk shalat di darat, ya segera tunaikan dikendaraan.

Ketiga, Belajar siap selalu dan beradaptasi di berbagai kondisi. Tetap jaga kesabaran dan saling mengerti. Seperti tadi, kamar toilet di mashalla hanya satu yang fungsi. Sementara awak rombongan mengantri lebih dari 200 orang. Heheee…

Keempat, Alhamdulillah, sebagai pendidik di sana bisa merasakan ternyata para siswa yang sebentar lagi jadi alumni masih tetap menjaga dan membersamai. Tersungkur di hadapan Sang Maha Pendidik.

Sebaliknya, sebagai siswa tentu haruslah merasa bangga karena ternyata para guru dan komitenya masih terus mempedulikan masalah ibadah mereka.  Sebagaimana orangtua mereka di rumah.

Kelima, wah masih banyak lagi kiranya jika digali terus. Silahkan bisa dirasakan oleh pembaca secara pribadi.

Seperti saya sendiri misalnya, ketika turun dari bis dan ternyata jawaban seseorang dari pertanyaan yang saya ajukan adalah “berada di Slawi Tegal”, mak nyessss hati ini rasanya.

Tambah lagi ketika diperjelas oleh salah satu panitia, “ini di dekat MAN 1 Tegal”, katanya, wah semakin menjadi saja rasa rindu ini menganga.

Kenapa? Si buah hati harapan generasi shalih sedang menimba ilmu di sana. Di MAN 1 Tegal. Maasyaa Allah, jadi nyambung bathin ini. Nyetrum seperti aliran listrik. Semoga Allah meridhai.

Jadi mengingatkan…

Perjalanan rombongan dari MAN 21 Jakarta menuju Ngayugyokorto (Jogjakarta) juga dalam rangkaian membina generasi shalih yang sebentar lagi dilepas. Bersiap memasuki pintu gerbang perkuliahan, dan menjemput masa depan mereka.

Baik anak sendiri maupun anak didik semuanya adalah binaan. Saya…, kami… sangat berharap semoga mereka semua akan menjadi generasi shalih shalihah generasi ulama di masa yang akan datang. Sebagaimana dalam salah satu do’a Allaahummaj’alnaa wa auladanaa wa dzurriyyatinaa wa talaamiidzanaa min ahlil ‘ilmi wa ahlil khaiir walaa taj’alnaa wa iyaahum min ahli syarri wa dhair… Aamin. (lt)

Post Comment