T KUNJUNGAN KE SANGIRAN (Laporan hari Ke-2) | Website MAN 21 Jakarta

KUNJUNGAN KE SANGIRAN (Laporan hari Ke-2)

FROM EXOTIC SOLO TO BEAUTIFULL DIENG
(Hari Kedua, Sabutu, 29 April 2017)

 

 

 

Hari masih sangat pagi, udara kota Solo terasa sangat sejuk, saat itu kami telah siap untuk melakukan kunjungan ke Museum Sangiran. Kaos Seragam telah kami kenakan, alat dokumentasi dan alat tulis telah pula kami sediakan. Kami siap memburu informasi dan mendokumentasikan kleksi-koleksi yang ada dalam Musium Sangiran.

Sahabat, Alhamdulillah perjalanan kami menuju Museum Manusia Purba ini  lancar dan tak ada kendala berarti hanya kemacetan kecil karena ada penggalian jalan. selain itu kberangkatan yang on time tepat waktu juga menjadi keuntungan bagi kami sebab kami adalah rombongan pertama yang memasuki Museum Sangiran pertama kali hari itu. bahkan kami haus menunggu kurang lebih 30 menit menunggu Museum dibuka, yaitu pada pukul 08.00.

Kunjungan kali ini, kami ditemani Bapak Setiawan, pegawai tetap Museum Sangiran yang telah berstatus PNS. Ia yang memandu kunjungan kami dengan terlebih dahulu mengajak kami untuk menonton Filem. Judulnya “Homeland Of First Java Man”. Filem yang sangat menginspirasi sebab banyak informasi khusus yang berkaitan langsung dengan Museum Sangiran  ini. Terutama berkaitan dengan masa-masa awal terbentuknya lapisan Notopuro yang merupakan lokasi dimana banyak ditemukan fosil manusia purba yang fosilnya banyak disimpan di Museum Sangiran.

Museum Manusia Purba sangiran dibangun pertama kali dengan nama Museum Pleistosen. Tahun 1978 diresmikan oleh mentri pendidikan pada masa itu yaitu Prof. Fuad Hasan. Renovasi total terjadi pada tahun 2011 dan diresmikan oleh Muhammad Nuh, mentri pendidikan masa SBY tepatnya tanggal 15 Desember 2011. Museum ini terdiri dari tiga ruangan utama yang berisi koleksi fosil-fosil manusia purba. Khusus ruang 1 adalah koleksi bagi fosil yang ditemukan di wilayah sangiran.

Ada yang berbeda dengan kunjungan kita di Museum Sangiran tahun ini sebab yang biasanya kita hanya melakukan kajian koleksi dalam Museum, tahun ini kita mendapatkan penjelasan dengan metode penelitian lapangan atau kunjungan lapangan secara langsung berkaitan dengan lokasi penemuan atau tempat-tempat penggalian benda-benda pra sejarah di sekitar sekitar situs ini.

Jam 10.15 kita telah selesai dengan kunjungan di Museum Sangiran ini. Ada waktu sekitar 15 menit untuk photo bersama dan selfi-selfi di replika manusia purba raksasa yang ada di halaman parkir Museum Sangiran, sebagian ada yang memanfaatkannya untuk berbelanja.

Dari Museum Sangiran, kami langsung meluncur ke Kraton Surakarta yang menyimpan berjuta misteri. Termasuk hari ini, saat kami berkunjung, ternyat Kraton Surakarta saat kami datangi dalam status “tertutup untuk umum”, artinya kami tidak dapat memasuki Kraton Solo. Tentu ini berada di luar dugaan sebab kontak terakhir dengan agen yang disana Kraton masih normal. Situasi ini mengharuskan panitia putar haluan untuk mencari tempat alternatif lain yang setara untuk menggantikan Kraton Surakarta. Dan alternatf itu jatuh pada kraton Mangkunegaran yang berjarak kutang lebih 3 kilo dari Kraton Solo.

Display Depan Pintu Masuk Ruang Koleksi Musium Sangiran

Panitia berharap alternatif ini tidak akanmembuat anak-anak kecewa dan ternyata benar bahwa Kraton mangkunegaran pun mempunyai sejuta keunikan juga misteri. Ada banyak hal yang bisa digali dari Kraton Mangkunegaran ini dari keterkaitan dengan Sukmawati, dan Salah satu roduk kecantikan yang notabene berkaitan dengan Putri mangkunegaran, hingga intrik dan perselengkuhan di dlam istana yang menghias kisah seputar mangkunegaran.

Jam14.30 perjalanan dilanjutkan menuju Malioboro dengan target Jam 17.00, rombongan sampai dan jam 19.00 dapat segera kembali ke Hotel Setia Kawan Solo. Namun karena ada proyek perbaikan jalan di sekitar Adisucipto menjadikan laju kendaraan Bus yang kami tumpaki terhambat dan baru pukul 18.20 kita sampai di parkir  sekitar Malioboro, sehingga mau tidak mau harus memperpanjang waktu kunjungan hingga pukul 21.00. Dan tentu saja ini berdampak pada kepulagan menuju Hotel yang akan terlambat.

Meski demikian, Hawa sejuk adalah suasana nyaman yang mendukunga jalan-jalan kita ke Malioboro. Terlebih guyuran hujan di sore hari telah menambah kesejukkan Malioboro bertambah sejuk. Sajian-sajian souvenis menghias sepanjang jalan, berikut musisi jalanan yang tak kenal lelah membawakan lagu-lagu kekinian

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply